Seseorang yang patut di jadikan sebagai panutan bagi pemuda Indonesia adalah seseorang yang yang berperan penting bagi masyarakat pada masanya. Ia adalah seorang yang multitalented. Ia piawai sebagai orator, sastrawan, budayawan, dan agamawan. Beliau adalah Buya Hamka. Namanya tak hanya dikenal dalam lingkup nasional, tetapi juga internasional.
Saat muda, ia tak berbeda dengan pemuda zaman sekarang. Ia kerap kali melakukan kenakalan-kenakalan remaja saat itu. Berjudi dan sabung ayam. Namun, dalam perjalanannya ia berhasil menjadi pemuda yang berperan penting bagi pendidikan. Namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA).
Pemuda masa kini dapat menjadikannya panutan. Terlebih lagi bagi mereka yang berkuliah di UHAMKA. Ironisnya, banyak mahasiswa yang tidak mengenal sosoknya. Hal ini disebabkan kerena keengganan mereka mengenal sejarah. Padahal, sejarah adalah wacana penting bagi kelangsungan hidup selanjutnya. Dengan mempelajari sejarah, kita bisa mencegah pengulangan kesalahan pada masa lampau. Selain itu, kita jadi tahu pola pikir para pelaku sejarah yang berperan dalam keberlangsungan hidup kebangsaan. Pemuda-pemudi sejarah memiliki pola pikir modern. Pikiran mereka berorientasi pada masa depan bangsa.
Banyak daerah-daerah di Indonesia yang menjadi saksi keberanian para pemuda menyongsong desingan peluru demi cita-cita kemerdekaan yang diidam-idamkan. Begitu juga dalam sejarah dakwah Islam, pemuda memegang peranan penting. Ibnu Abbas berkata: “Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah melainkan ia (dipilih) dari pada kalangan pemuda saja. Begitu juga tidak seorang alim pun yang yang diberi ilmu pengetahuan melainkan (hanya) dari pada kalangan pemuda saja.” (Tafsir Ibnu Katsir: III/63)
Prihatin sekali melihat pemuda sekarang hidup dalam arus globalisasi yang tidak sepadan dengan budaya bangsa. Globalisasi yang seharusnya menjadi momok positif bagi perkembangan pola pikir mereka justru menyebabkan banyak kekeliruan antara perbedaan nilai kehidupan Barat dengan nilai-nilai ketimuran milik bangsa ini. Hal ini dikarenakan ketidaksiapan masyarakat menghadapi globalisasi.
Globalisasi menjadikan masyarakat, khususnya kaum muda, terlempar jauh dari idealisme ketimuran. Dari satu sudut pandang, mereka tetap orang Timur, tetapi dari dari sudut pandang lain, pemikiran, perasaan dan tingkah laku mereka dicemari oleh kebudayaan Barat yang mereka telan mentah-mentah tanpa filter. Hilangnya jati diri dan semangat kebangsaan disebabkan oleh monster yang disebut hedonisme.
Oleh karena itu, kaum muda perlu dibangkitkan semangat kebangsaannya dengan pemahaman kemuliaan budaya bangsa sendiri. Indonesia memerlukan pemuda-pemudi yang berkualitas seperti Buya Hamka muda yang memiliki komitmen tauhid yang lurus, serta keberanian yang tak mampu diperjualbelikan.
Sabtu, 30 Oktober 2010
Panutan Para Pemuda Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar